Pemanfaatan Umbi Suweg yang Terlupakan

Tanaman Suweg
Tumbuhan dan keaneragaman manfaatnya yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia serta semakin banyak wabah penyakit yang timbul karena kekurangan gizi dan bahan makanan.
Hal itulah yang melatar belakangi kami untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul "PEMANFAATAN TEPUNG UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF PADA PEMBUATAN KUE YANG MURAH DAN BERNILAI EKONOMIS."

Waktu yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah 6 minggu, terhitung mulai bulan Juli sampai bulan Agustus 2011.

Tujuan penelitian ini untuk menekan angka kekurangan gizi dan bahan makanan dengan cara memanfaatkan umbi suweg, karena umbi suweg mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan cara penanamannya pun cukup mudah. Cara pemanfaatannya yaitu dengan dijadikan tepung dan kemudian digunakan sebagai bahan baku alternatif pada pembuatan kue.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan eksperimen mengenai cara pembuatan tepung umbi suweg, kualitas (warna, bau, tekstur dan rasa) tepung dan mengenai kuantitas (jumlah tepung yang dihasilkan). Pada eksperimen mengenai cara pembuatan tepung umbi suweg, dilakukan dengan cara metode basah (variasi A) dan metode kering (variasi B). Pada varisi A cara pembuatannya sama dengan cara pembuatan tepung tapioka dan pada variasi B pembuatanya yaitu dengan cara mengiris tipis-tipis, dijemur setengah kering, disangrai, ditumbuk dan kemudian disaring. Lalu pada eksperimen mengenai kualitas yang dihasilkan umbi umbi suweg, dilakukan dengan membuat 4 macam variasi yaitu varisi terbuka (A1 dan B1) dan variasi tertutup (A2 dan B2) serta ditambah 2 variasi C (pebanding [tepung tapioka]) yakni variasi terbuka (C1) dan variasi tertutup (C2). Kemudian membandingkan antara kualitas tepung umbi suweg (A1, A2, B1 dan B2) dengan kualitas variasi C (pembanding). Kemudian pada eksperimen mengenai kuantitas tepung umbi suweg, dilakukan dengan menbuat 3 variasi (termasuk variasi pembanding). Lalu membandingkan kuantitas tepung antara variasi A, B dan C. 

Dari eksperimen mengenai kualitas, variasi A adalah varisi yang paling baik, walaupun sedikit dibawah variasi C dengan hasil yaitu warna akhir yang putih, bau akhir yang tawar (tidak berbau), tekstur akhir yang halus, rasa akhir yang tawar

(seperti keadaan awal) dan bila digesek berbunyi gemersik. Sedangkan pada eksperimen mengenai kuantitas, variasi B adalah variasi terbaik dengan hasil tepung 454 gram setiap 1 kilogram umbi suweg segar.

Dari ketiga eksperimen tersebut didapatkan variasi yang paling optimal, yaitu pada variasi A dengan cara penyimpanan tertutup (A2), karena jika dibuat kue dapat menghasilkan kue yang baik dan renyah, serta pada uji konsumen 91,52% orang menyukainya. Dan pada variasi B kue yang dihasilkan sangat buruk.

Budi Setyawan dan Rofi'i Nurdika Qori. 2007. Pemanfaatan Tepung Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus) Sebagai Bahan Baku Alternatif pada Pembuatan Kue yang Murah dan Bernilai Ekonomis. MTsN Kediri 2. Pembimbing: Ahmad Jaelani, M.Pd. dan Enik Kurniawati, S.Pd.

0 komentar:

Posting Komentar