MLM for the Blind
Sejak
ditemukan sistem penulisan Braille
oleh Louis Braille, membaca menjadi hal yang mungkin dilakukan oleh para
tunanetra. Penyandang tunanetra memiliki minat baca yang tinggi, namun sumber
bacaan dalam bentuk huruf Braille masih sangat minim. Pencetakan buku Braille
hingga saat ini masih memiliki banyak kendala, seperti bahan yang digunakan
serta distribusi bacaan.
Dari
sekitar 10.000 (sepuluh ribu) judul buku yang diterbitkan di Indonesia tiap
tahunnya, tidak lebih hanya 3 persen saja yang telah dialihkan dalam huruf Braille. Itu pun dengan penggandaan yang
sangat terbatas. Sehingga, untuk memenuhi standar pelayanan minimal kepada
sekitar 2.000 (dua ribu) siswa tunanetra pun belum bisa terpenuhi hingga detik
ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya sumber daya para produsen buku
khusus untuk tunanetra.
Berangkat
dari masalah diatas, 3 Mahasiswa BINUS UNIVERSITY yakni, Rico Wijaya (Rico),
Eric Taurino Chandra (Eric), dan Yudhi menawarkan solusi dengan membuat alat
yang memiliki sistem terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Dengan demikian sumber informasi bacaan untuk para tunanetra tidak terbatas
pada buku-buku cetak Braille saja,
namun para pengguna dapat secara aktif mendapatkan bacaan dari berbagai sumber
seperti internet atau tukar menukar file. Dengan demikian distribusi bacaan dan
akses informasi dapat menjadi lebih cepat.
Teknologi bisa memudahkan segalanya. Termasuk orang-orang
dengan keterbatasan fisik yang ingin menggunakannya. Khusus untuk para tuna
netra, salah satu alat penghubung mereka dengan dunia luar adalah dengan huruf braille. Produk
dalam negeri pun ikut andil dalam memproduksinya. Salah satunya adalah MLM for the Blind. MLM for the blind merupakan singkatan dari My Learning Module for the blind yaitu sebuah alat media baca
elektronik untuk para tunanetra yang beroperasi tanpa komputer (stand alone). MLM for the blind terdiri dari 3 bagian utama yaitu tombol input, 42 Braille cells, buzzer,
dan Multi Media Card (MMC). Tombol input pada MLM for the blind digunakan untuk memilih judul, membuka bacaan,
menampilkan baris bacaan, serta input halaman bacaan. 42 Braille cells akan menampilkan karakter Braille. 2 karakter pertama akan menampilkan baris bacaan dan 40
karakter lainnya merupakan isi bacaan yang ditampilkan. Buzzer digunakan untuk memberikan pesan kesalahan pada pengguna.
MMC digunakan untuk menyimpan isi bacaan dalam bentuk textfiles (*.txt). Dengan MLM
for the blind, penggunaan buku Braille
dapat dikurangi. Sehingga proses pencetakan buku Braille yang memakan waktu lama dapat dihindari. Bentuk bacaan
dalam digital juga memungkinkan bacaan dapat lebih mudah untuk diperbanyak dan
didistribusikan.
Menurut
Rico, alat yang tahan hingga 10 (sepuluh) jam dengan sokongan 6 (enam) buah
baterai tipe AA ini, masih terkendala dengan harga bahan baku (Braille cell) yang sangat mahal. Braille sel merupakan perangkat untuk
menampilkan karakter huruf Braille.
Harga Braille sel ini sekitar US$
700. Braile sel pun baru dibuat di
Jerman. “Jadi jangan heran kalau harga satu unit MLM for the blind ini sampai Rp 30 jutaan,” ujarnya. Tapi Rico
mengatakan, dalam waktu dekat ini MLM for
the blind akan diproduksi secara massal. Karena sudah ada beberapa pihak
yang tertarik menjalin kerjasama dengan mereka.
MLM for the Blind masuk dalam nominasi INAICTA 2009 kategori ‘e-Learning’. Saat Malam Penganugerahan lalu (29/7),
produk ini mendapatkan gelar Special Mention,
yaitu bentuk penghargaan tersendiri dari juri yang penilaiannya tidak bisa
diganggu gugat. Dengan MLM for the Blind, penggunaan
buku braille dapat dikurangi, sehingga proses
penrcetakan buku braille yang memakan waktu
lama dapat dihindari. Bentuk bacaan dalam digital juga memungkinkan bacaan
dapat lebih mudah untuk diperbanyak dan didistribusikan.
0 komentar:
Posting Komentar