KabarIndonesia –
para muslim, tentu kita tidak lalai akan do’a yang satu ini : “Ya Dzat
yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam dien-Mu”.
Begitulah, menjaga kondisi hati untuk senantiasa istiqomah berada di jalan
Allah, senantiasa bersih dari segala kotoran dan lembut dari segala kekerasan
(hati), tidaklah mudah. Kesibukan dan rutinitas kita yang menguras tenaga dan
pikiran, serta interaksi yang terus menerus dengan masalah duniawi, jika
tidak diimbangi dengan “makanan-makanan” hati, terkadang membuat hati menjadi
keras, kering, lalu mati... Padahal sebagai seorang mukmin, dalam melihat
berbagai macam persoalan kehidupan, haruslah dengan mata hati yang
jernih.
Untuk itu, beberapa nasehat berikut patut kita renungi dalam upaya
melembutkan hati. Kita hendaknya senantiasa:
- Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba
sebelum kita sempat bertaubat.
- Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna.
Sesungguhnya hak-hak Allah itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
- Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan
berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan syaithan.
- Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat
Allah pada diri kita.
- Takut akan balasan siksa yang segera di dunia,
karena maksiat yang kita lakukan.
- Takut mengakhiri hidup dengan su’ul khatimah.
- Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya
sakaratul maut.
- Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan
Nakir di dalam kubur.
- Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
- Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas
dosa besar dan dosa kecil yang kita lakukan.
- Takut melalui titian yang tajam. Sesungguhnya
titian itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam dari pedang.
- Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
- Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
- Ma’rifah kita terhadap nikmat Allah yang kita
rasakan siang dan malam sedang kita tidak bersyukur.
- Takut tidak diterima amalan-amalan dan
ucapan-ucapan kita.
- Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan
membiarkan kita sendiri.
- Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap
aibnya pada hari kematian dan pada hari timbangan ditegakkan.
- Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita,
anak-anak, keluarga, suami dan harta kepada Allah SWT. Dan jangan kita
bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali pada Allah.
- Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya’ ke
dalam hati, karena terkadang riya’ itu memasuki hati kita, sedang kita
tidak merasakannya. Hasan Al Basri rahimahullah pernah berkata kepada
dirinya sendiri. “Berbicaralah engkau wahai diri. Dengan ucapan orang
sholeh, yang qanaah lagi ahli ibadah. Dan engkau melaksanakan amal orang
fasik dan riya’. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis”.
- Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka
hendaknya akhlak kita seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli
orang yang memujinya atau membencinya.
- Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika
larangan-larangan Allah diremehkan.
- Ketahuilah bahwa amal sholeh dengan sedikit
dosa jauh lebih disukai Allah daripada amal sholeh yang banyak tetapi
dengan dosa yang banyak pula.
- Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah
istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat dan akan menemui Allah
dengan amalan yang buruk.
- Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita
menuju Allah selama kita sehat.
- Setiap kita mendengar kematian seseorang maka
perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan
jenazah maka khayalkanlah bahwa kita yang sedang diusung.
- Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa
Allah menjamin rezeki kita sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu
yang ia kumpul-kumpulkan. Dan menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih
baik dari dunia, sedang kita tetap mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak
menginfakkannya sedikit pun, dan mengatakan bahwa kita pasti mati
padahal dia tidak pernah ingat mati.
- Lihatlah dunia dengan pandangan I’tibar
(pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (kecintaan) kepadanya dan
sibuk dengan perhiasannya.
- Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat
menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita sanggup menghadapi panasnya
jahannam?
- Di antara akhlak wanita mu’minah adalah
menasihati sesama mu’minah.
- Jika kita melihat orang yang lebih besar dari
kita, maka muliakanlah dia dan katakan kepadanya, “Anda telah mendahului
saya di dalam Islam dan amal sholeh maka dia jauh lebih baik di sisi
Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih baik sedikit
dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah.”
|
0 komentar:
Posting Komentar