EPILOG PENCARIAN JATI DIRI
“Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”
Kalimat hikmah
itu mungkin sering kali kita dengar. Dikatakan kalimat hikmah karena memang
kalimat itu sebenarnya bukan hadits yang selama ini banyak dipahami masyarakat.
Kalimat tersebut juga tidak pernah tercantum dalam kitab-kitab hadits manapun
dan juga tidak diketahui sanadnya. Meskipun begitu kalimat tersebut masih
memiliki nilai kebaikan. Di sini lain, di luar masih banyaknya yang beranggapan
bahwa ini adalah sebuah hadits, dan ditambah masih banyak juga yang belum
mengerti dari segi maknanya, termasuk saya. Mungkin dari segi arti kita semua
tahu bahwa yang dimaksud adalah ketika kita mengenal diri kita sendiri, lalu mentafakkurinya diakui bisa
menjadi sarana untuk semakin bermarifah kepada Allah. Sebab diri manusia
termasuk salah satu tanda-tanda kekuasaan-Nya, yang mesti ditafakkuri,
sebagaimana ciptaan Allah Taala lainnya. Tetapi lebih dari itu, aplikasi
realita penghayatan makna itu semua masih sulit rasanya untuk kita terima dan
jalani. Terjebak pada kata-kata indah tetapi nol dalam pengamalan, kosong tak
berisi yang hingga akhirnya terasa sia-sia tak berguna.
Menyadari itu semua, aku mulai merenung. Siapa
aku? Mengapa aku ada? Untuk apa aku ada? Dimana aku? Dan masih banyak
pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan itu jelas tidak bisa aku jawab sekaligus
saat itu. Proses dan perjalanan hiduplah yang akan menjawabnya. Menggunakan
metode trial error untuk setiap
langkah bukan sesuatu yang perlu dihindari, justru itulah mungkin cara yang
terbaik untuk mencari jawaban. Dari itu mungkin justru kita akan lebih banyak
mendapatkan jawaban dan pengalaman hidup. Dan dari situlah
pertanyaan-pertanyaan akan terjawab dengan sendiri.
Aku bilang hidupku itu tidak jelas, dan sering
merasa hanya berputar-putar saja. Tidak ada target, tidak ada tujuan. Semua
mengalir ke bawah, ke dasar yang entah berantah. Tetapi semua itu adalah masa
laluku, saat ini aku telah sadar dan hidup itu harus ada tujuan, target, dan
tahapan-tahapan yang harus dilampau. Meskipun begitu, sering juga diriku
terlalaikan dengan esensi tujuan dalam perjalanan, sehingga hanya mengalir
begitu saja bagai mesin yang telah terprogram. Rumit mungkin memahami ini
semua, tetapi inilah realita kehidupan. Dimulai dari kerumitan dan kebingungan
inilah, insyaAllah titik pemahaman itu akan terlampau sehingga kita mengerti
siapa diri kita.
Dulu kecil, semua orang pasti banyak memiliki
cita-cita, karena mereka polos dan bebas. Tidak ada semacam barrier yang menghalangi pikiran dan
benak mereka. Semakin tumbuh dan banyak tahu, justru barrier-barrier itu silih
berganti bermunculan. Menghambat semua cita-cita yang telah tertanam sehingga
bagi orang kerdil mereka pasti akan memilih alternatif yang aman dan mudah,
lari dari realita idealisme. Semua ini telah kutempuh, dan akan terus belanjut
hingga akhir hayatku.
Hidup dalam lingkungan yang minim akan
nilai-nilai pendidikan membuatku terasa bebas, bebas yang tiada tujuan yang
jelas. Mencoba mencari sendiri jati diri, akan tujuan dan makna hidup. Untung,
hidupku terasa terbimbing dan terarahkan sehingga aku tak terlampau jatuh
terlalu dalam. Menuntut ilmu di lingkungan yang islami, membekaliku banyak hal
akan makna hidup dan konsep pemahaman diri. Bergaul dengan teman-teman yang
supportif dan luar biasa semakin manambah gairah semangatku dalam pencarian
jati diri. Mencoba dan terus mencoba, mencari berbagai jawaban dari semua
perjobaan. Belajar dan menganalisis mana yang pas dan tidak pas. Hingga akumulasi
penemuan formula jati diri didapat. Pada masa remaja sekolah pertama aku
mencoba menangkap semua yang kudapat, apapun itu, karena aku belum tahu benar
mana yang benar-benar baik untukku. Selama aku masih bisa menjalankannya dengan
baik maka akan terus aku lakukan hingga hasilnya mencapai pada puncak maksimum.
Menginjak masa sekolah menengah atas, aku
putuskan satu keputusan yang sangat berani. Aku memaksakan diri untuk terjun
pada ranah yang aku sangat lemah. Tetapi kala itu ranah itulah yang diidam-idamkan
banyak orang, ranah itulah yang menjadi idola. Aku berpikir, mungkin karena aku
tak banyak tahu dan mengenal jauh akan ranah itu sehingga menyebabkan aku
begitu lemah. Mungkin, jika setelah aku mendekatinya dan mendalaminya, aku akan
jatuh hati dan menjadi satu bagian yang ahli di dalamnya. Lama berkicimpung,
kerja keras, mendalami, dan menghayati justru jawaban tidaklah yang aku dapat. This is not you! Semakin lantang suara
itu bergemuruh dalam hati hingga akhirnya memutuskan untuk tidak pula. Aku bisa,
tetapi hanya sesaat, setelah itu dilupakanlah semuannya.
Pencarian terus berlanjut, hingga pada ujung yang
ternyata tak begitu jauh. Aku jatuh cinta pada dunia yang justru bisa dibilang
tidak sengaja aku dapat, tidak ada untuk merencanakannya pun sebelumnya. Di
dunia tersebut aku menemukan cermin kaca yang sangat indah, yang aku merasa
sangat cocok ketika aku dihiasi olehnya. Banyak hal yang aku pelajari yang itu
sebuah tantangan yang sangat menarik bagiku. Dan aku menemukan inilah jalan
hidupku kelak, insyaAllah.
Memperjuangkan cita-cita dan idealisme tidak
semudah seperti membalikkan telapak tangan. Butuh kesabaran dan kerja keras
tanpa mengenal lelah. Kerja keras itu adalah sebuah sunnatullah dari kesuksesan
dan doa adalah senjata akselerasinya. Kombinasi keduanya insyaAllah akan
menjadi senjata ampuh nan luar biasa. Itulah salah satu senjata yang harus saya
pegang untuk meraih kesuksesan di masa depan.
Merenungi diri sejenak, tak terasa telah sejauh
ini diri berjalan. Asam gula asin telah banyak yang terasa membumbuhi
kehidupan. Dan hal tersebut akan terus terjadi hingga raga terjabut malaikat
ajal. Penemuan akan potensi jati diri telah banyak terkuak, tetapi juga harus
senantiasa diasah agar potensi yang belum matang tersebut justru berbalik
membunuh timbunan mimpi kita. Kerja keras adalah satu kunci wajib, dan doa
ikhlas kepada Allah satu kunci emas yang lain. Sekeras apapun perjuangan yang
telah kita lakukan jika Allah tidak ridlo, sia-sialah keringat yang telah kita
curahkan. Ridlo Allah adalah satu kunci lain dari lainnya, kunci utama dan
absolut wajib dimiliki oleh setiap manusia. Maka dari itu, apapun yang kau cari
dari dunia ini, pada akhirnya kembalikanlah semua kepada Sang Maha Pencipta.
Karena Dialah semua ini ada, jati diri yang unik ini ada, dan kesuksesan itu
ada. Wallahualam bisshawab
0 komentar:
Posting Komentar